Saya minta maaf apabila artikel ini salah tulis, salah kaprah atau salah semua, ini hanya sebuah refleksi.
Kita semua telah tahu, bahwa iblis dilaknat oleh Tuhan. Dan manusia yang sadar, tentunya tidak akan mau mengikuti jejak iblis. Tapi pernahkah kita berpikir mengenai kesalahan yang telah dilakukan iblis sehingga ia dilaknat oleh Tuhan? Pada kesempatan yang singkat ini, izinkanlah saya menyampaikan kembali kisah klasik yang sarat dengan hikmah ini. Mudah-mudahan pada akhir kisah nanti, kita dapat mengukur diri kita masing-masing, apakah kita termasuk penentang iblis, atau jangan-jangan tanpa kita sadari, kita malahan termasuk dalam kelompok orang yang mendukung iblis.Suatu ketika, iblis yang pada waktu itu tinggal di surga, dipanggil menghadap Tuhan. Tuhan berfirman, “Hai iblis! Aku telah menciptakan seorang manusia dari tanah yang kuberi nama Adam. Sujudlah engkau sekarang padanya!”.
Namun iblis spontan menolak. Ia lalu mengemukakan 3 alasan atas penolakannya itu.
Yang pertama, kata iblis, “Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku sujud kepada Adam. Bukankah asal usulku jauh lebih baik daripada Adam? Bukankah Engkau ciptakan aku dari api yang jelas-jelas lebih mulia dibandingkan dengan tanah? Mestinya, Adam lah yang harus sujud kepadaku, bukan sebaliknya!”.
Salahkan alasan iblis ini?
Kalau kita lihat disekitar kita, banyak orang yang membangga-banggakan asal usul keturunannya, merasa sombong dengan darah birunya, ataupun memandang rendah seseorang hanya lantaran orang itu orang biasa. Salahkah bila orang seperti ini kita sebut sebagai pendukung iblis? Bukankah yang dilakukannya itu sebenarnya merupakan perwujudan dari alasan iblis?
Alasan yang kedua, kata iblis, “Ya Tuhanm aku berada disini telah ribuan tahun. Jelas aku jauh lebih senior daripada Adam yang baru saja Engkau ciptakan. Bukankan seharusnya yang lebuh junior runduk pada yang lebih senior?” Mestinya, Adam lah yag harus sujud kepadaku, bukan sebaliknya!”.
Salahkah alasan iblis ini?
Sekarang ini, banyak orang yang gengsi tidak mau menerima pendapat yang disampaikan kepadanya, hanya semata-mata karena pendapat itu disampaikan oleh yang lebih muda. Salahkah bila orang seperti ini kita sebut sebagai pendukung iblis? Bukankah hal ini sebenarnya merupakan perwujudan dari alasan iblis?
Adapun alasan yang ketida, kata iblis, “Ya Tuhan, kesetiaanku pada-Mu, telah berabad-abad terbukti tidak pernah luntur; sedangkan Adam belum tentu ia dapat selalu setia kepada-Mu seperti aku. Lalu kenapa aku yang harus sujud kepada Adam, mestinya Adam lah yang pantasnya sujud kepadaku!”.
Salahkah alasan iblis ini?
Kita banyak melihat orang yang suka mengungkit-ngungkit kembali jasa-jasa yang pernah dilakukannya, ataupun merasa dirinyalah yang paling loyal. Salahkah bila orang seperti ini kita sebut sebagai pendukung iblis? Bukankah hal ini sebenarnya merupakan perwujudan dari alasan iblis?
(Sentuhan Kalbu, Penyaji : Ir. Permadi Alibasyah, Penerbit : Yayasan Mutiara Tauhid Jakarta Cetakan Kedua, Januari 2001)
Terima Kasih
0 Komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar Anda !!!!!