Saat Ini Orang Sedang Online

Anti Semit atau Anti Zionis?



Kaum Zionis menjual isu anti-Semitisme untuk melegitimasi eksistensi negara Israel. Buruk muka cermin dibelah.
Benarkah film The Passion of Christ mengobarkan anti-Semitisme? Kekhawatiran ini muncul dari kelompok Yahudi militan di Amerika Serikat – salah satu dedengkotnya adalah Abraham H. Foxman, Direktur Nasional Anti-Defamation League. Foxman menuding sutradara The Passion, Mel Gibson, sengaja menonjolkan peran kelompok Yahudi di belakang penyaliban Yesus, untuk membangkitkan amarah umat Nasrani terhadap orang Yahudi – turunan Shem (Semit).

Tuduhan Foxman berlebihan. Simaklah hasil polling Institute for Jewish and Community Research yang berbasis di San Fransisco, tak lama setelah film The Passion diluncurkan, 25 Februari lalu. Dari 1003 responden yang mewakili seluruh negara bagian Amerika, 83 persen menyatakan tidak menyalahkan orang Yahudi (sekarang) – bahkan jika benar orang Yahudi 2000 tahun lalu bertanggungjawab atas kematian Yesus. Hanya dua persen yang menganggap orang Yahudi sekarang masih harus bertanggujawab, dan 9 persen menyatakan ragu-ragu. Sebanyak 64 persen dari responden menganggap kisah dalam The Passion akurat, dan 13 persen menilainya “menyeleweng”.

Survey International Fellowship of Christian and Jews yang bermarkas di Chicago, juga menunjukkan angka yang nyaris sama. Sebanyak 85 persen dari 2500 responden beragama Kristen Evangelis. Hanya 1,7 persen yang menyalahkan Yahudi dalam kematian Yesus. Sedangkan 84 persen menyalahkan “umat manusia” dan 8 persen menyalahkan kelompok lain – termasuk penguasa Romawi.

Luka Sejarah

Kenapa kekhawatiran sejumlah kelompok Yahudi itu muncul, dan cenderung paranoid? Umat Yahudi memang memiliki sejarah panjang penderitaan, menjadi “bulan-bulanan” bangsa atau penguasa lain. Pada era Fir’aun di Mesir, umat Yahudi diperbudak, yang kemudian diselamatkan Nabi Musa dengan menyeberang laut. Antiochus Epiphanes, penguasa Romawi di Suriah tahun 175 sebelum masehi, mengharamkan ajaran Talmud karena dianggap “tidak bersahabat” bagi kemanusiaan.

Kaisar Titus tahun 70 masehi juga menghancurkan sinagog Yahudi, dan menganggap tindakannya sebagai hukuman. Guru kaisar Nero juga sangat membenci umat Yahudi. Seperti diungkap penulis ternama jaman itu, Cornelius Tacitus, banyak sekali karya sastra di masanya yang mengungkap kebencian pada Yahudi. Kandungan puisi-puisi bukan saja menunjukkan kebencian pada Yahudi, tapi juga pada Tuhan mereka.

Ketika kaisar Romawi, Constantin memeluk Kristen pada abad ke-4 masehi, ia menyingkirkan orang Yahudi dari kehidupan politik, dan memberangus hak-hak sipil mereka. Saat itu mulai muncul dan berkembang istilah Deicide, yang berarti bahwa Yahudi pembunuh Tuhan – pembunuh Yesus.

Abad-abad berikutnya, kisah-kisah “penistaan” terhadap kelompok Yahudi masih muncul, dengan volume yang turun naik. Motivasinya macam-macam, mulai dari soal deicide tadi, atau karena kelompok Yahudi memang cenderung eksklusif di tengah komunitas yang heterogen, sehingga menimbulkan kebencian komunitas lain. Maka berkembanglah istilah anti-Semitisme, yang pertama kali dimunculkan tahun 1879 oleh Wilhelm Marr, agitator Jerman, untuk menggambarkan maraknya kampanye anti Yahudi di Eropa. Anti-Semitisme makin dikenal setelah terjadi Holocaust – istilah orang Yahudi untuk kekejaman Adolf Hittler dan Nazi yang menewaskan 6 juta Yahudi di Eropa.

Tragedi Holocaust kemudian menjadi “dagangan” orang Yahudi untuk membenarkan pendirian negara Israel (1948), yang kemudian selalu dibela mati-matian Amerika Serikat. Orang-orang Yahudi pun “tentram”. Aksi-aksi yang menggambarkan sikap anti-Semitisme pun redup, dan kalau pun terjadi, hanya riak-riak kecil belaka. Malah boleh dibilang, isu anti-Semitisme hanya retorika belaka ketimbang realita.

Namun kenyamanan kelompok Yahudi seperti terusik ketika Oktober lalu Komisi Eropa melansir sebuah hasil polling. Isinya, 59 persen dari responden manganggap Israel sebagai ancaman terbesar bagi dunia, 40 persen menilai orang Yahudi memiliki “hubungan istimewa dengan uang” (menguasai ekonomi dunia), dan 35 persen mendesak orang Yahudi tak perlu lagi membesar-besarkan diri sebagai korban tragedi Holocaust 50 tahun lalu.

Karuan saja orang Yahudi berang, termasuk Perdana Menteri Israel Ariel Sharon. Ia menuding 17 juta muslim di Eropa ikut berperan dalam polling itu, dan mengancam kehidupan Yahudi di Eropa. “Para pemimpin Eropa juga tak berbuat banyak untuk mengikis anti-Semitisme,” kata Sharon.

Isu Palestina

Benarkah polling itu menunjukkan anti-Semitisme kembali marak di Eropa? Mayoritas pengamat menjawab, tidak! Para pemuka Muslim di Eropa menegaskan, kalau pun polling itu sah untuk menggambarkan sikap anti-Semitisme, maka sikap anti-Muslim di Eropa sebenarnya jauh lebih besar lagi, terutama setelah peristiwa 11 September 2001.

Menurut Tunde Obadina, penulis asal Afrika, hasil polling Komisi Eropa itu lebih layak disebut sebagai sikap anti-Israel atau anti-Zionisme, ketimbang anti-Semitisme. Zionisme adalah sebuah gerakan yang dimotori antara lain oleh Theodore Herzl di Swiss tahun 1897, yang mencetuskan gagasan pendirian negara khusus umat Yahudi di “tanah yang dijanjikan”: Palestina.

Obadina menegaskan, hasil polling tadi merefleksikan kekesalan masyarakat Eropa terhadap Israel, yang saban hari menebarkan teror dan kekerasan di tanah pendudukan Palestina. Karena itulah Israel dianggap sebagai ancaman terbesar. “Ini bukan soal anti ras atau agama, tapi politik,” ungkap Obadina. Israel atau kelompok Zionis sengaja memanfaatkan anti-Semitisme untuk mengingatkan orang pada tragedi umat Yahudi, yang dalam perjalanan sejarahnya selalu menderita, dan karena itu membutuhkan sebuah negara khusus. “Mereka memainkan kartu agama dan ras,” kata Obadina lagi.

Dari sini, jelaslah tidak relevan lagi tudingan lebih keras Sharon dan kaum Zionis terhadap warga Arab dan umat Islam, bahwa mereka anti-Semit. Apalagi kalau dirunut dari mata rantai sejarahnya, bahwa Arab dan Yahudi berasal dari satu darah. Laporan BBC bertajuk War Audit yang dilansir Februari lalu, menunjukkan bahwa konflik Arab-Israel sejak 1948, bukanlah bernuansa keagamaan atau ras, tapi soal nasionalisme, pembelaan diri dan kemerdekaan tanah air. Tentu saja jika Palestina dibiarkan merdeka, dan Israel memberikan tanah yang dirampasnya, sikap anti Zionisme atau anti-Israel yang mengental dalam urat nadi warga Arab dan muslim, akan memudar.

Uri Avnery, penulis dan aktivis perdamaian asal Israel, memberi gambaran yang lebih objektif. Menurutnya, angka anti-Semitisme di Eropa bukan bertambah, malah turun. Yang bertambah adalah kritisisme terhadap sikap Israel atas warga Palestina, yang dianggap sebagai “korban dari korban” -- Avnery menggambarkan orang Israel sebagai korban kekejaman (antara lain Holocaust). “Perlawanan Palestina yang digambarkan Israel sebagai terorisme, di mata orang Eropa tak ubahnya seperti perlawanan bangsa Perancis menghadapi pendudukan Jerman,” kata Avnery.

Boleh jadi, menurut Avnery, kekejaman yang dilakukan Rusia terhadap Muslim Chechnya, lebih mengerikan ketimbang aksi tentara Israel terhadap warga Palestina. “Persoalannya, orang Yahudi dijuluki dan menjuluki dirinya sebagai korban. Karena itu dunia sangat terguncang ketika korban masa lalu kini malah mengorbankan bangsa lain, Palestina. Standar moral yang lebih tinggi diharapkan dari kita, ketimbang bangsa lain,” kata Avnery lagi. Sayang, warga Israel yang bersikap seperti Avnery sangat jarang, dibanding yang bergaya Ariel Sharon dan Abraham H. Foxman. Lebih banyak yang berkepribadian “buruk muka cermin dibelah”.

Sumber : Gebi


Anda telah membaca artikel tentang Anti Semit atau Anti Zionis? dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://binhakim.blogspot.com/2011/02/anti-semit-atau-anti-zionis.html, anda boleh menyebarluaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Anti Semit atau Anti Zionis? ini dirasa bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Anti Semit atau Anti Zionis? sebagai sumbernya.
Terima Kasih

Artikel Yang Berhubungan :



0 Komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentar Anda !!!!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Pilihan Lainnya

TOKO BUKU :

Silakan diklik mana buku yang akan anda dapatkan