Belum juga penyelenggaraan Sea Games ke-26 terlaksana, heboh berita yang menyangkut pelaksanaannya seakan selalu menghiasi layar kaca setiap harinya. Bukan hanya soal pembangunan wisma atlet yang kasusnya hingga kini masih diselidiki, namun juga pembangunan arena olahraga yang tak kunjung selesai.
Mengingat pelaksanaan yang semakin dekat, masyarakat Indonesia pun dibuat waswas oleh ketidakpastian penyelesaian beberapa venue di Palembang yang menjadi kota tuan rumah bersama Jakarta di Sea Games kali ini.
Beberapa waktu lalu contohnya, venue balap sepeda, akuatik, dan juga tenis masih berada dalam tahap pengerjaan sekitar 75%. Padahal, waktu pelaksanaan Sea Games yang semakin mendekati penyalaan obornya. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi, venue stadion tenis yang belum rampung nyatanya sudah mengalami keretakan di beberapa bagiannya.
Peran Pemerintah sangat dituntut dalam hal ini, dana Sea Games yang ditunggu cairnya baru akan dikeluarkan pekan depan. Itupun masih belum seluruhnya akan cair. Komitmen Indonesia sebagai penyelenggara yang baik patut dipertanyakan. Sebab, hal ini bukan hanya menyangkut masalah olahraga saja, tapi sudah masuk dalam ranah harga diri bangsa Indonesia.
Sukses tidaknya, atau lancar tidaknya pelaksanaan itu akan menjadi pertaruhan bagi Pemerintahan Indonesia yang dipimpin SBY khususnya kepada masyarakat Asia Tenggara. Jangan sampai dengan berbagai masalah yang menyangkut pelaksanaannya, Sea Games kali ini menjadi berantakan.
Namun di tengah berita yang menyebar terkait masalah pembangunan venue yang masih belum selesai, muncul celetukan dari seorang Politikus ternama di negeri ini yang menyarankan agar kompleks venue di Jakabaring, Palembang dijadikan sebagai kompleks 'Gelora SBY'.
Entah apa maksud pernyataannya, yang jelas pemberian nama terhadap sebuah jalan, gedung, atau tempat bersejarah perlu dipertimbangakan juga faktor jasa dan perjuangan seorang tokoh terhadap pembangunan sarana publik tersebut. Kemudian, pertimbangan mengenang atau mengabadikan nama pahlawan atau tokoh setempat.
Apabila menggunakan berbagai pertimbangan tersebut, maka tidak logis bila kemudian nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadikan sebagai nama kompleks olahraga Jakabaring. Apalagi di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dugaan korupsi terkuak di kompleks olahraga tersebut, seperti pembangunan Wisma Atlet serta diduga kader-kadernya di Partai Demokrat ikut terlibat.
Hal ini, berbeda dengan penamaan Kompleks venue di Jakarta yang diberi nama Gelora Bung Karno serta stadion anyar di Surabaya yang diberi nama Gelora Bung Tomo. Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno adalah sebuah kompleks olahraga serbaguna di Senayan, Jakarta, Indonesia. Kompleks olahraga ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini. Bahkan, Bung Karno turut andil dalam terciptanya rancangan bangunan Stadion ini.
Juga tentang Gelora Bung Tomo yang berlokasi di kawasan Benowo, Surabaya. Pemberian nama stadion Gelora Bung Tomo yang baru saja diresmikan Agustus tahun lalu. Pemberian nama SGBT untuk mengenang pahlawan Surabaya, yang dikenal dengan nama Bung Tomo. Bung Tomo merupakan pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Jadi, hendaknya dalam hal ini. Pemberian nama sebuah jalan, gedung, atau gelanggang olahraga sekalipun diambil dari pemikiran yang matang. Bukan hanya alasan politis atau yang lain. Sehingga menimbulkan banyak reaksi dari berbagai pihak.
Sumber : Andi
Terima Kasih
0 Komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar Anda !!!!!