Betapa kagetnya saya kemarin ketika menemukan foto saya sendiri tengah lelap tertidur dalam posisi sangat tak elok (mulut  menganga, mata terkatup, dan masih banyak aib lain lagi ..hehehe)  di handphone saya. 
Saya tak ingat persis kapan foto itu diambil, tapi  bisa jadi kemungkinan ketika saya tidur pulas di akhir pekan saat  malamnya saya dapat giliran shift di lokasi tambang rakyat Panapahan Hutabargot Kab. Madina, mungkin kawan-kawan saya lagi usil.  Spontan  saya menelepon istri saya dirumah untuk mengkonfirmasi siapa gerangan  yang dengan sangat tega mengambil foto saya secara tidak patut dan  kurang pantas dipajang di blog itu. Dan di ujung telepon, istri saya  malah tertawa terpingkal-pingkal. Saya keheranan. “Yang ngambil foto itu  adalah anakmu sendiri, Labudza. Mana sempat saya ngutak-ngatik handphone  pake kamera. Cuma lihat sebentar saja, Labudza sudah bisa kok,” tukas  istri saya diujung telepon.
Inilah  salah satu potret generasi platinum. Generasi yang oleh, Alzena  Masykouri psikolog asal Universitas Paramadina seperti dikutip di Antara,  memang memiliki kemampuan tinggi dalam mengakses dan mengakomodir  informasi sehingga mereka memiliki kesempatan lebih banyak dan terbuka  untuk mengembangkan dirinya.
“Generasi  platinum yang lahir tahun 2000 ke atas atau abad- 21 merupakan hasil  `produksi` orangtua yang lahir di tahun 1970-an keatas, yaitu generasi yang  sudah memiliki keinginan untuk mengoptimalkan potensinya,” kata dia  lagi.
Dari  situs yang sama pula dipaparkan, hasil penelitian lembaga riset pasar  ritel dan konsumen global, NPD Group, yang berkedudukan di New York, AS,  pada pertengahan 2007 –seperti dikutip situs Wireless World Forum  (http://kr.w2forum.com) — menyebutkan bahwa usia rata-rata anak-anak  mulai menggunakan peralatan elektronik telah menurun dari 8,1 tahun pada  2005 menjadi 6,7 tahun pada tahun 2007.
Jika  dirata-rata, usia anak-anak mulai menggunakan peralatan elektronik  adalah tujuh tahun dan hal itu membuktikan bahwa anak-anak yang lahir di  abad ke-21 lebih mudah dan lebih cepat dalam mengadaptasi arus  teknologi informasi yang berkembang cepat.
“Inilah salah satu ciri-ciri khas anak-anak yang lahir pada Generasi Platinum,” kata Alzena Masykouri menanggapi hal tersebut.
Hasil  penelitian tersebut menunjukkan televisi dan komputer adalah perangkat  yang paling dini dikenal anak-anak, yaitu pada usia 4 atau 5  tahun.Sementara radio satelit dan alat pemutar musik digital portabel  baru mereka gunakan pada usia sekitar 9 tahun.
Hasil  penelitian NPD menyebutkan bahwa sejak survei diluncurkan pada tahun  2005, usia awal penggunaan barang-barang elektronik makin menurun,  terutama pada penggunaan alat pemutar DVD dan ponsel. Anak-anak  menggunakan perangkat elektronik rata-rata tiga hari per minggu,  sementara perangkat-perangkat yang paling banyak digunakan adalah  televisi (5,8 hari per minggu), ponsel (4,3 hari per minggu) dan perekam  video (4,1 hari per minggu).
Data  ini dikumpulkan melalui sebuah survei NPD di AS melalui internet yang  diwakili orang dewasa usia 25 tahun atau lebih dan anak-anak berusia  empat hingga empat belas tahun.
Kendati  survei tersebut hanya menjangkau responden warga AS, namun hasil ini  nampaknya juga valid untuk menjadi rujukan bagi negara-negara berkembang  seperti Indonesia, seiring dengan meningkatnya fenomena kecepatan  anak-anak dari keluarga kelas menengah atas di perkotaan dalam menyerap  iptek sekaligus akrab dengan teknologi informasi.
Sungguh  beruntung memang anak-anak saya dan tentu jutaan bocah lainnya didunia  yang menikmati kenyamanan dan kemudahan berteknologi saat ini. Saya  masih ingat betul saat masih seumur Labudza, mainan saya hanyalah  mobil-mobilan dari kulit jeruk atau main kelereng bersama kawan-kawan  kecil saya. Beda dengan sekarang. Iqlima dan Labudza sudah sangat mahir  memainkan mouse dan game di komputer (Saya sendiri baru pertama kali  “menyentuh” komputer di usia 22, tahun 2002).
Dilain  pihak, saya mesti menghadapi tantangan yang jauh berbeda dan tidak  lebih mudah dalam hal mendidik anak dibandingkan tantangan yang dihadapi  orang tua saya dulu saat mengasuh saya ketika masih seumuran Iqlima dan Labudza. Bocah Platinum bisa saja jauh lebih cepat mengadaptasi dan  mempraktekkan teknologi terbaru daripada kedua orang tuanya yang mungkin  jauh lebih gaptek dan lugu.
Simak ungkapan Ibu Alzena yang saya kutip dari sini.  “Generasi platinum lebih eksploratif dan mereka lebih mampu melakukan  berbagai observasi dengan metode pendekatan ilmu baik sains, biologi,  sosial dan sebagainya,” ujarnya. Dan ini menjadi sebuah tantangan yang  luar biasa dalam hal mendidik anak di zaman “edan” sekarang.
Belum  lagi tantangan dalam menghadang ekses negatif yang kerap datang  menyertai perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat. Berkat  kemudahan mengakses informasi melalui televisi, video maupun ponsel,  bukan tidak mungkin bocah-bocah Platinum bisa memperoleh informasi  bermuatan “dewasa” yang tidak patut seperti pornografi.
Saya  sependapat dengan Pak Buchori Nasution dari Dewan Pembina Lembaga  Manajemen Pendidikan Indonesia (LMPI) seperti dikutip dari Suara Karya.  Beliau mengatakan, kurikulum pendidikan yang dibutuhkan oleh generasi  platinum adalah kurikulum kepemimpinan atau leadership, ilmu terapan  dan life skill.
Kurikulum leadership dapat  diberikan sejak usia dini, dimulai dengan tahapan eksplorasi potensi  untuk memimpin diri sendiri dan orang lain. Pendidikan juga harus  mendukung kemampuan generasi tersebut untuk mengenal diri, komunikasi,  sosialisasi, proses belajar, membuat keputusan dan bekerja dengan  kelompok.
“Anak  didik juga harus mendapatkan pengayaan tentang life skill sejak dini,”  kata Buchori. Konsep life skillyang dimaksud adalah kemampuan  mengidentifikasi kebutuhan dan peluang, merancang disain, evaluasi  pasar, melakukan rencana dan aksi, penjualan, evaluasi proses,  penggunaan teknologi informasi dan lain-lain. Dengan demikian, generasi  platinum dapat bersikap dan menunjukkan perilaku yang sehat terhadap  pemanfaatan teknologi.
Bekal  yang tak kalah penting tentu saja adalah bekal pendidikan agama yang  senantiasa menjadi dasar utama dalam pembangunan akhlak dan karakter  anak-anak generasi Platinum agar mereka senantiasa berada pada jalur  pengembangan pribadi yang benar dan terarah.
Welcome to the “crazy” world Platinum Kids! 
Terima Kasih
 




























2 Komentar:
Jaman modern saat ini yang keadaannya serba canggih harus menjadi perhatian ekstra para orang tua pastinya sob, jangan sampai sibuah hati salah ambil tempat. hehe nice share sobat.
by Bin Hakim
lucu banget anak kecilnya
by Bin Hakim
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar Anda !!!!!