"Dan prosesnya enggak langsung oke semua. Cuma kita sudah melakukan proses ke sana (untuk mendidik murid berperilaku baik)," ucap Wahyu kepada Kompas.com, di Jakarta, Sabtu ( 25/2/2012 ).
Wahyu menjelaskan, bisa jadi ada sleeper effect (efek tidur). Maksudnya, pendidikan karakter bisa terpendam pada diri seorang murid dan akan muncul pada suatu waktu, misalnya, ketika anak menjadi dewasa.
"Sleeper effect, kalau misalnya pas di SD tidak terlalu terlihat tetapi pas dewasa bisa kelihatan. Kita enggak bisa saklek berhasil saat itu juga," tegas Wahyu.
Selain ada efek tidur, ia mengungkapkan, berhasil atau tidaknya pendidikan karakter diserap dan berkembang dalam diri anak juga tergantung dengan lingkungan pergaulannya. Menurut dia, pendidikan karakter bisa gagal, salah satunya, ketika si anak mendapat tekanan baik itu dari orangtua atau pun lingkungan sekitarnya.
Ketika anak sering mendapatkan pukulan atau hukuman dari orangtua, maka yang tertanam adalah pendidikan karakter yang tidak baik. Selain orangtua, jenis permainan seperti video game ternyata juga berpengaruh besar.
Sekalipun agak sulit dibandingkan, Wahyu mengatakan, pernah dilakukan penelitian, dan hasilnya memperlihatkan TK yang menggunakan kurikulum pendidikan karakter menghasilkan murid yang berperilaku lebih baik ketimbang TK biasa.
"Ketika anak berada di kelas 4 SD, ia lebih baik. Efek tidur semakin baik dan semakin baik," kata dia.
Selain hasil akademis yang baik, indikator yang bisa dipakai untuk memperlihatkan berhasil atau tidaknya pendidikan karakter di sekolah adalah kian sedikit atau bahkan tidak adanya catatan kejahatan, seperti aksi tawuran pelajar.
Sumber : Kompas
Terima Kasih
0 Komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar Anda !!!!!