Daftar berikut ini menyajikan deretan masjid yang masih  mempertahankan seni dan arsitektur peradaban awal suku bangsa setempat.  Hal ini dilakukan mengingat untuk mengagungkan dan memelihara warisan  nenek moyang, tanpa melupakan sejarah kejayaan peradaban dan seni  arsitektur Islam pada masa jayanya.
Selanjutnya untuk mengetahui  informasi mengenai 25 Simply Amazing Mosques lainnya di dunia silahkan  klik alamat berikut  :1. Masjid Agung Djenné, Afrika Barat
Satu-satunya bagian asli bangunan yang masih  dipertahankan dari masjid ini adalah ruang dasar (kandang) yaitu tempat  kuburan atau makam pemimpin-pemimpin lokal bangsa Djenné.
Masjid  Agung ini berlokasi di tepi Sungai Bani Kumba, pada platform atau site  yang telah ditinggikan dengan luas permukaan bidang 5625 m², sehingga  terlindung dari banjir.
Setiap tahun, masjid Djenné mendapat  perawatan atau perbaikan dalam rangka menyambut berbagai perayaan  festival rakyat sebagai hiburan yang luarbiasa, serta menyenangkan bagi  masyarakat Djenné.
Masjid Agung Djenné adalah salah satu “Situs  Warisan Dunia” yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1988″, yang dapat  dikunjungi setiap saat, tetapi tidak dibolehkan memasuki bangunan,  kecuali anda Muslim. Masjid Agung ini telah ditutup untuk non-Muslim  pada tahun 1996, akibat dari kerusuhan dan penembakkan salah seorang  official fotografi majalah Vogue Prancis di dalam masjid.
2. Masjid Agung dari Xi’an, Cina 
Kemudian Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming  merenovasi kembali masjid, yang samasekali tidak pernah menambahkan  kubah atau dome dan menara, atau sama sekali tidak merobah arsitektur  asli masjid.
Fitur yang penting dalam arsitektur ini adalah penekanan pada “simetris yang kontras” dengan taman di sekitar bangunan
Masjid  ini merupakan salah satu contoh dari Sino-arsitektur Islam. di Cina,  khususnya masjid yang berada di dekat Drum Tower (Gu Lou) di Huajue Lane  dari Xi’an (Sian), provinsi Shaanxi, Cina, dan merupakan salah satu  masjid yang paling tua dan paling terkenal di negeri ini.
Masjid  ini awalnya merupakan pusat keagamaan (Islam) bagi pedagang Arab dan  Persia yang beroperasi di Cina.serta pusat kegiatan hubungan dagang  dengan pemerintahan dinasti Tang, Disinilah rute perdagangan Xi’an  terhubung ke Timur Tengah dan Eropa, dan China untuk membuka diri dengan  dunia Barat.
Pada 754 AD hasil sensus menunjukkan bahwa ada lima  ribu orang asing yang tinggal di kota ini yang terdiri dari bangsa  Turki, Iran, India, serta bangsa Jepang, Korea dan bangsa berbudaya  Melayu dari timur.
Untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut  arsitektur masjid ini, silahkan kunjungi website (atau klik  disini).Website ini berisi banyak gambar dan penjelasan rinci dari  Masjid Agung Xi’an, serta beberapa sejarah tentang daerah tersebut.
3. Mesjid Agung Samarra, Irak 
Pada zamannya, masjid ini adalah  masjid terbesar di dunia, tinggi menara, yaitu menara yang terkenal  disebut menara al-Malwiya adalah 52 meter dengan lebar dasar spiral  menara 33 meter, dan dapat menampung delapan puluh ribu orang jemaah.  Masjid didinding atau dibatasi dengan dinding batu bata yang  mengelilingi sebuah kawasan yang berukuran panjang 240 meter, lebar 158  meter, dan tinggi 10 meter. Dinding ditutupi dengan panel berwarna biru  gelap dengan kaca mosaic.
Menara masjid yang berbentuk spiral.  Spiral menara masjid ini ini sangat terkenal, dan merupakan fitur-fitur  pertama kali yang didaftarkan pada bangunan-bangunan bersejarah  “Congregational Mosque” Al-Mutawakkil di Irak, kemudian diikuti oleh 20  bangunan istana lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pemimpin atau  khalifah di Irak pada masa itu sangat menghargai perkembangan dan  kemajuan karya seni arsitektur.
Sayangnya, pada 1 April 2005,  bagian atas Malwiya mesjid rusak oleh sebuah bom. dalam peperangan  infasi AS ke negara Irak.(seperti gambar puing masjid, disamping) Para  pejabat Irak telah menyatakan klaim bahwa tentara AS telah menyebabkan  kerusakan yang signifikan pada situs-situs bersejarah di Samarra,  termasuk dinding sebuah istana kuno di Irak. 
4. Masjid Jami-Ul-Alfar, Kolombo, Sri Lanka
Masjid  Jami-Ul-Alfar, adalah salah satu masjid tertua di kota Kolombo dan  merupakan ikon pariwisata di ibu kota Srilangka. Ciri khas disain  arsitektur Masjid ini adalah ornamen atau dekoratif dinding belang merah  dan putih.
Masjid ini berlokasi di perempatan jalan di daerah  Pettah Bazaar, dibangun tahun 1909 dengan arsiteknya bernama Saibo Lebbe  yang merancang bangunan ini selama satu tahun pada tahun 1908.
Beberapa  orang telah mengakui bahwa masjid Jami Ul Alfar adalah salah satu “land  mark” atau ikon pawisata kota Kolombo. Selain di kota Kolombo Sri  Lanka, arsitektur masjid semacam ini juga terdapat di kota Kualalumpur  Malaysia yang bernama Masjid Jamek
5. Masjid Dublin, Irlandia
Masjid  ini, dibuka pada tahun 1983, oleh sekelompok mahasiswa Islam yang tiba  di Dublin pada awal tahun 1950-an dalam rangka belajar di daerah ini.  Mereka merupakan Perkumpulan Masyarakat Islam yang pertama pada tahun  1959 di Dublin, dan satu dekade kemudian masyarakat ini mulai menggalang  dana untuk membeli sebuah bangunan yang akan dijadikan masjid.
Mereka  pertama kali membeli sebuah rumah di Harrington Street, dan kemudian  jumlah pendatang Islam bertambah juga maka mereka terpaksa mencari  bangunan baru.
Pada tahun 1983 mereka membeli sebuah bangunan,  bangunan yang sekarang ini dulunya adalah sebuah rumah di South Circular  Road, Dublin 8, yang kemudian difungsikan menjadi masjid serta sebagai  pusat “The Islam Foundation” di Irlandia. Saat ini jumlah umat Islam di  Irlandia berjumlah lebih kurang 1300 orang.
6. Masjid Assyafaah Singapore
Masjid ini terletak di  sebelah utara pulau Singapura di lingkungan yang penuh dengan bangunan  tinggi, Arsitek Tan Kok Hiang dengan konsern mendisain masjid ini dengan  konsep “keharmonisan dan toleransi” dalam keberagaman kehidupan sosial  berbagai suku bangsa, sehingga diaktualisasikanlah fisik bangunan masjid  tanpa memihak kepada arsitektur peradaban salah satu suku bangsa atau  etnis manapun.dan bahkan juga pada paradaban agama manapun. Tapi  sudahbarang tentu bangunan ini harus mempunyai ciri atau tanda bahwa  bangunan tersebut sesungguhnya adalah masjid.
Masjid Assyafaah  dibuka pada tahun 2004 dan ini masjid ke lima dibangun pada fase III,  program “The Mosque Building Fund” masyarakat muslim Singapura Utara.  Masjid dibangun dengan memakai konstruksi kerangka baja dilapisi anti  karat serta penutup “colorless polyurethane”. Masjid ini juga sebagai  pengganti dua buah masjid tua yang ditutup di daerah Sembawang yang  dapat menampung jemaah sebanyak 4000 orang.
7. “Mahligai Minang” Masjid Raya Minangkabau
Mahligai Minang tidak semata-mata sebuah masjid,  tetapi sebuah identitas yang akan menjadi pusat peradaban, di mana salah  satu bangunan utamanya adalah bangunan masjid. Di situlah perpaduan  antara Islam dan Minangkabau, dengan melengkapi bangunan atau ruangan  antara lain; ruangan atau bangungunan lembaga pendidikan seperti  perpustakaan, tempat rekreasi keluarga sakinah, ruang serba guna yang  menampung 3.000 orang yang bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan  kesenian, dan sebagainya.
Masyarakat Minangkabau yang sebagian  besar adalah penduduk wilayah Propinsi Sumatera Barat dalam menjalankan  kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium adat  basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (ABS-SBK). Oleh karena itu  sejak dulu sampai sekarang, masjid sebagai representasi kehidupan  merupakan salah satu ikon budaya yang penting. 
Masjid tidak saja  dapat dijadikan ukuran dari keberhasilan masyarakat suatu  wilayah/nagari, tetapi sekali gus menjadi sebuah kebanggaan masyarakat  di nagari tersebut. Itulah sebabnya sampai sekarang, setiap orang  Minangkabau baik yang di kampung maupun yang di rantau selalu bergairah  dan berlomba-lomba membangun dan memakmurkan masjid. Dengan demikian,  masjid menjadi sentra kegiatan sosial kemasyarakatan. Di dalam adatnya  disebutkan, sebagai salah satu syarat bagi sebuah nagari antara lain  adalah babalai bamusajik. Adanya balai tempat bermusyawarah ninik mamak  dan adanya masjid untuk aktivitas keagamaan dan ilmu pengetahuan.
Masjid  merupakan bangunan utama Mahligai Minang mengambil dan  mengaktulisasikan kembali seni dan arsitektur bangunan “Minangkabau pada  masa peradaban kebudayaan awal”.
Seperti diketahui dalam sejarah Kerajaan Pagaruyung bahwa ada tiga fase atau gelombang peradaban kebudyaan yaitu : 
1). Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Hindu Budha. 
2) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Islam. dan 
3) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung atau Minangkabau saat ini.
Jajaran masjid nan indah ini membuktikan kejayaan Islam di masa lampau. 
Sumber : Muslim Daily
Beatifull God House :) :)
BalasHapus@ Green Klopper : Yes it is, bro
BalasHapus