"Ibu Kita Rohana.....
  Puteri sejati...
  Puteri Indonesia
 Harum namanya.........."
"Ibu Kita Rohana....
 Puteri yang mulia
 Sungguh besar cita-citanya
Ada rasa sedih mendapati berbagai media ramai membicarakan RA Kartini yang hari lahirnya selalu diperingati sebagai momentum kebangkitan dan emansipasi perempuan di Indonesia dan beliau juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Bukan apa-apa sih, soalnya di Sumatera Barat ada beberapa perempuan yang selama hidupnya juga banyak berkiprah untuk kemaslahatan bersama. Salah satunya adalah Rohana Kuddus, yang dengan gigih menyuarakan dan menyelenggarakan pendidikan untuk kaum perempuan, namun bukan untuk menuntut persamaan hak dengan laki-laki, tapi lebih kepada memantapkan posisi perempuan secara kodrati yaitu sebagai perempuan.Saya sendiri baru mengetahuinya beberapa bulan yang lalu setelah mengobrak-abrik perpustakaan daerah dan menemukan buku Biografi Rohana Kudus yang ditulis oleh Ibu Fitriyati, seorang Wartawati kelahiran Bukittinggi yang sekarang tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai penulis (makasih banyak Bu). Alangkah terkejutnya saya setelah membaca kiprah Rohana Kudus sepanjang hidupnya untuk kepentingan pendidikan khususnya untuk kaum perempuan. Dalam kesempatan ini saya tidak bermaksud untuk membuat perbandingan ataupun menganalisa fenomena yang ada, namun lebih untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita semua bahwa perempuan yang berkiprah di Indonesia itu tidak hanya Kartini tapi masih banyak yang lainnya hanya saja mungkin sebagian dari kita belum mengetahuinya.
Rohana Kudus lahir di Koto Gadang  Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 20 Desember 1884,  dari ibunya yang bernama Kiam dan ayahnya bernama Rasjad Maharaja  Soetan. Ia adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri  Republik Indonesia yang pertama dan juga Mak Tuo (Bibi) dari penyair  terkenal Khairil Anwar. Rohana hidup di zaman yang sama dengan Kartini,  dimana akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat  dibatasi.
Rohana adalah seorang perempuan yang  mempunyai komitmen yang kuat pada pendidikan terutama untuk kaum  perempuan. Pada zamannya Rohana termasuk salah satu dari segelintir  perempuan yang percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan, termasuk  kesempatan untuk mendapat pendidikan adalah tindakan semena-semena dan  harus dilawan. Dengan kecerdasan, keberanian, pengorbanan serta  perjuangannya Rohana melawan ketidakadilan untuk perubahan nasib kaum  perempuan.
Walaupun Rohana tidak bisa mendapat  pendidikan secara formal namun ia rajin belajar dengan ayahnya, seorang  pegawai Pemerintah Belanda yang selalu membawakan Rohana bahan bacaan  dari kantor. Keinginan dan semangat belajarnya yang tinggi membuat  Rohana cepat menguasai materi yang diajarkan ayahnya. Dalam Umur yang  masih sangat muda Rohana sudah bisa menulis dan membaca, dan berbahasa  Belanda. Selain itu ia juga belajar Abjad Arab, Latin dan Arab Melayu.  Saat ayahnya ditugaskan ke Alahan Panjang, Rohana bertetanga dengan  Pejabat Belanda atasan ayahnya. Dari istri pejabat Belanda itu  Rohana  belajar menyulam, menjahit, merenda dan merajut yang merupakan keahlian  perempuan Belanda. Disini ia juga banyak membaca majalah terbitan  Belanda yang memuat berbagai berita politik, gaya hidup dan pendidikan  di Eropa yang sangat digemari Rohana.
Berbekal semangat dan pengetahuan yang  dimilikinya setelah kembali kekampung dan menikah pada usia 24 Tahun  dengan Abdul Kudus yang berfrofesi sebagai Notaris, Rohana mendirikan  sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang  diberi nama “Sekolah Kerajinan Amai Setia”.  Di sekolah ini diajarkan  berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan,  tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Banyak  sekali rintangan yang dihadapi Rohana dalam mewujudkan cita-citanya.  Jatuh bangun memperjuangkan nasib kaum perempuan penuh dengan benturan  sosial menghadapi pemuka adat dan kebiasaan masyarakat Koto Gadang,  bahkan fitnahan yang tak kunjung menderanya seiring dengan keinginannnya  untuk memajukan kaum perempuan. Namun gejolak sosial yang dihadapinya  justru membuatnya tegar dan semakin yakin dengan apa yang  diperjuangkannya.
Selain berkiprah disekolahnya, Rohana  juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda karena ia sering  memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit untuk kepentingan  sekolahnya. Disamping itu juga Rohana menjadi perantara untuk memasarkan  hasil kerajinan muridnya ke Eropa yang memang memenuhi syarat ekspor.   Ini menjadikan sekolah Rohana berbasis industri rumah tangga serta  koperasi simpan pinjam dan jual beli yang anggotanya semua perempuan  yang pertama di Minangkabau.
Banyak petinggi Belanda yang kagum atas  kemampuan dan kiprah Rohana. Selain menghasilkan berbagai kerajianan,  Rohana juga menulis puisi dan artikel serta fasih berbahasa Belanda.  Tutur katanya setara dengan orang yang berpendidikan tinggi, wawasannya  juga luas. Kiprah Rohana menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita  perjuangannya ditulis di surat kabar terkemuka dan disebut sebagai  perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat.
Keinginan untuk berbagi cerita tentang  perjuangan memajukan pendidikan kaum perempuan di kampungnya ditunjang  kebiasaannya menulis berujung dengan diterbitkannya surat kabar  perempuan yang diberi nama Sunting Melayu pada tanggal 10 Juli 1912.  Sunting Melayu merupakan surat kabar perempuan pertama di Sumatera Barat  yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan.
Kisah sukses Rohana di sekolah kerajinan  Amai Setia tak berlangsung lama pada tanggal 22 Oktober 1916 seorang  muridnya yang telah didiknya hingga pintar menjatuhkannya dari jabatan  Direktris dan Peningmeester karena tuduhan penyelewengan penggunaan  keuangan. Rohana harus menghadapi beberpa kali persidangan yang diadakan  di Bukittinggi didampingi suaminya, seorang yang mengerti hukum dan  dukungan seluruh keluarga. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan  pada Rohana tidak terbukti, jabatan disekolah Amai Setia kembali  diserahkan padanya, namun dengan halus ditolaknya karena dia berniat  pindah ke Bukittinggi.
Di Bukittinggi Rohana mendirikan sekolah  dengan nama “Rohana School”. Rohana mengelola sekolahnya sendiri tanpa  minta bantuan siapun untuk menghindari permasalahan yang tak diinginkan  terulang kembali. Rohana School sangat terkenal  muritnya banyak, tidak  hanya dari Bukittinggi tapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan  Rohana sudah cukup populer dengan hasil karyanya yang bermutu dan juga  jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Sunting Melayu membuat eksistensinya  tidak diragukan.
Tak puas dengan ilmunya, di Bukittinggi  Rohana memperkaya keterampilannya dengan belajar membordir pada orang  Cina dengan menggunakanm mesin jahit Singer. Karena jiwa bisnisnya juga  kuat, selain belajar membordir Rohana juga menjadi agen mesin jahit  untuk murid-murid di sekolahnya sendiri. Rohana adalah perempuan pertama  di Bukittinggi yang menjadi agen mesin jahit Singer yang sebelumnya  hanya dikuasai orang Cina.
Dengan kepandaian dan kepopulerannya  Rohana mendapat tawaran mengajar disekolah Dharma Putra. Disekolah ini  muridnya tidak hanya perempuan tapi ada juga laki-laki. Rohana diberi  kepercayaan mengisi pelajaran keterampilan menyulam dan merenda. Semua  guru disini adalah lulusan sekolah guru kecuali Rohana yang tidak pernah  menempuh pendidikan formal. Namun Rohana tidak hanya pintar mengajar  menjahit dan menyulam melainkan juga mengajar mata pelajaran agama, budi  pekerti, Bahasa Belanda, politik, sastra, dan teknik menulis  jurnalistik.
Rohana menghabiskan waktu sepanjang  hidupnya dengan belajar dan mengajar. Mengubah paradigma dan pandangan  masyarakat Koto Gadang terhadap pendidikan untuk kaum perempuan yang  menuding perempuan tidak perlu menandingi laki-laki dengan bersekolah  segala. Namun dengan bijak Rohana menjelaskan “Perputaran zaman  tidak akan pernah  membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan  tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibanya. Yang harus  berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang  lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan  berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan  terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”. Emansipasi yang  ditawarkan dan dilakukan Rohana tidak menuntut persamaan hak perempuan  dengan laki-laki namun lebih kepada pengukuhan fungsi alamiah perempuan  itu sendiri secara kodratnya. Untuk dapat berfungsi sebagai perempuan  sejati sebagaimana mestinya juga butuh ilmu pengetahuan dan keterampilan  untuk itulah diperlukannya pendidikan untuk perempuan.
Dmikianlah Rohana Kuddus mengahabiskan  88 tahun umurnya ( Rohana meninggal pada 17 Agustus 1972) dengan beragam  kegiatan yang berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan  bahkan politik. Kalau dicermati begitu banyak kiprah yang telah diusung  Rohana, namun sayang sekali Rohana kalah populer dibandingkan Kartini  yang hanya berkorespondensi. Walaupun berbagai penghargaan telah  diberikan untuknya, seperti Wartawati Pertama Indonesia (1974), Perintis  pers Indonesia (1987) dan Bintang Jasa Utama (2008), namun semua itu  belum membuat telinga kita terbiasa dengan nama Rohana.  Jadi, Selamat  Hari Kartini...........
Dari berbagai sumber.. 


Wahh, salute to Rohana. Kalo ditinjau dari berbagai aktivitasnya, memang beliau lebih pantas dijuluki tokoh emansipasi wanita daripada Kartini.
BalasHapusSeharusnya dibuat filmnya tuh (plus lagunya juga), biar lebih terpublikasi ke masyarakat.Dan pemerintah kasih gelar pahlawan emansipasi juga dong ke Rohana.
@Anonim : Btl gan, tapi nyatnya kan agan sendiri tau bangsa ini adalah bangsa yg "kurang adil" berterima kasih kepada org2 tulus spt Rohana.
BalasHapusMsh banyak lagi gan nama2 harum yg dilupakan. Spt Willem Iskandar, agan tau nggak kalo beliau sdh mendirikan Sekolah ketika Ki Hajar Dewantoro blm bisa apa2?
Ini linknya gan http://binhakim.blogspot.com/2011/01/willem-iskandar-tokoh-pendidikan.html
silakan disimak
Thanx ya sdh berkunjung di blog yg apa adanya ini
BARU TAU SAYA, JADI BUKAN R.A KARTINI SAJA YA!
BalasHapusTERNYATA INDONESIA INI MEMPUNYAI BANYAK SEKALI TOKOH-TOKOH WANITA YANG KURANG KITA TAHUI !
@Ipam : bangsa kita memang penuh dengan orang2 hebat gan
BalasHapus